Kriteria Iklan Bagus dan Jelek
Perdebatan sebuah penilaian iklan pada masing-masing individu mempunyai persepsi
dan sudut pandang masing-masing untuk menentukan kriteria penilaian pada iklan.
Djokolelono ( creative director grey advertising ) merumuskan prinsip penilaian iklan
bagus memiliki "SUPER A"
- Simple
- Unexpected
- Persuasive
- Entertaining
- Relevant
- Acceptable
1. Simple
Harus sederhana tapi dapat dimengerti dengan sekali lihat. Pengertian ini lebih cocok untuk peluncuran merek produk baru. Tidak banyak elemen dan komunikatif (punya kekuatan untuk mengajak konsumennya berkomunikasi).
2. Unexpected
Tidak terduga. Ketidakterdugaan mampu membuat keterkejutan dan keunikan sehingga meninggalkan kesan yang dalam pada audience yang membuat audience mudah mengingat iklan tersebut. Sehingga mampu menduduki top of mind pada benak audience.
3. Persuasive ( Meyakinkan = Daya Bujuk )
Pengaruh untuk membujuk orang untuk melakukan sesuai keinginan dalam iklan tersebut.Iklan persusive dapat mendekatkan konsumen dengan brand dan menciptakan ketertarikan untuk mencoba.Persuasive tidah hanya mampu membawa audience menyukai iklannya tetapi juga mengingat dengan jelas brand yang ditampilkan.
4. Entertaining
Iklan harus menghibur. Iklan tidak harus selalu lucu melainkan mempunyai arti yang lebih luas yaitu memainkan emosi audience. Setelah emosi terbawa maka mudah bersimpati terhadap brand yang diiklankan.
5. Relevant
Iklan yang ditampilkan harus memiliki hubungan atau saling berhubungan dengan targetnya. Terkadang sering kita temui Iklan yang disajikan hebat dan melantur dari produknya (iklan rokok) namun harus tetap diperhatikan setiap iklan harus ada korelasinya.Pada akhitnya apa pun cara penyampaian suatu iklan, satu tujuan yang harus dicapai ialah agar brand produk dapat melekat dalam pikiran dan hati konsumen.
6. Acceptable ( Iklan diterima secara pribadi )
Iklan dapar diterima sesuai dengan nilai-nilai yang ada. Di Indonesia sendiri banyak iklan yang mengundang reaksi masyarakat karena dianggap melampaui nilai-nilai ketimuran. Oleh karena itu idea kreatif untuk iklan di Indonesia masih dibatasi oleh norma-norma masyarakat.Namun hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pembuat ide untuk mengembangkan dan menciptakan ide kreatif yang out of the box.